Ketika ku mendengar bahwa kau lagi dan
lagi seperti di hianati oleh dirinya yang kau pilih tetapi salah... Tahukah
kau bahwa disini aku telah memperhatikan dirimu, aku menangis ketika mendengar
bahwa kau telah diperalat oleh dirinya. Namun, aku tak pantas untuk
memperingati dirimu. aku lebih baik diam seribu bahasa tanpa mengetahui yang
sebenarnya terjadi. Karena itu terlalu menyakitkan.
Kau bukan siapa-siapa ketika saat itu
sesaat sebelum aku dan dirimu dipertemukan dalam sebuah pertemuan yang tak
terduga. Pertemuan yang diharuskannya aku menemui dirimu untuk melakukan sebuah
hal yang memang diperlukan. Sebuah tanda tangan yang sangat berharga. Yaitu dirimu.
Awal yang menarik membawa diriku terhanyut
terbawa oleh ombak yang begitu kencang menerpa tubuh ini sehingga aku mengalir
mengikuti anak sungai ke arah lautan lepas yaitu dirimu. apakah hal itu sampai
disini? Tidak! Aku rasa tidak. Aku perlahan mulai merasakan apa itu yang
namanya senyuman kecil. Canda tawa yang perlahan mulai bermekaran kembali
setelah beberapa lama tertimbun oleh gelapnya malam tanpa bintang. Tawa hangat
yang sering kau berikan meskipun mungkin itu hanyalah hal yang tak seberapa
bagi dirimu. bahkan mungkin hal tersebut sudah umum kau berikan kepada siapapun
dia. Namun, entah mengapa aku merasakan hal yang lain bila bersama dirimu.
Getaran itu mulai menggelitiki hasrat dalam jiwaku. Aku tak bisa menolak
gejolak ini sehingga aku terlalu menikmatinya dan lupa bahwa aku ini siapa. Aku
hanyalah dia yang tak bisa dilirik sedikitpun bahkan sedetikpun oleh dirinya.
Aku yang tak pantas untuk bersama dirinya.
Aku yang hanya bukan siapa-siapa yang hanya menjadi orang yang diketahui tanpa
dikenal saja. Bahkan tak berhak untuk mendapatkan panggilan manis dari dirinya.
Memang ini salahku yang terlalu berharap lebih kepada sesuatu yang mungkin ini
bukan menjadi bagian dari dalam skenario yang aku buat sendiri. Aku terlalu
terhanyut dalam situasi manis tanpa pernah tahu ada bahaya, ancaman bahkan
badai yang begitu dahsyat akan meluluh lantahkan hati ini.
Yang aku bisa rasakan kini hanyalahkembali
kemasa seribu tahun yang lalu dimana aku menerima sebuah hal yang begitu persis
sama dengan apa yang aku rasakan kini. Ini begitu sakit melebihi hal apapun
dmuka bumi ini. Tak ada secercah cahaya terang yang meliput diriku kini. Hanya
kelam yang aku lihat. Bahkan kini aku tak berhak untuk menangkap cahaya yang
kau berikan secara percuma kepada halayak ramai. Aku bukan siapa-siapa yang
pantas untuk kau lirik.
Aku bukannya melewati Tuhan tapi mungkin
Tuhan terlalu sayang kepada diriku dan menunujukkan bahwa aku mungkin tak akan
bahagia bila aku bersama dirinya karena ada alasan tertentu yang aku tak tahu. Aku
yakini bahwa Tuhan merupakan sutradara terhandal yang aku begitu yakini
melebihi apapun. Dibalik semua hal ini aku yakin akan ada pelangi harapan yang
akan mengembang bahkan menghiasi langit kelam. Suatu saat itu entah kapan. Yang
jelas aku hanya bisa bersabar untuk menunggu cahaya itu tiba menjemput diriku.
Percayalah dibalik malam yang dingin,
gelap, menakutkan akan terbit matahari hangat yang akan memeluk kita dengan penuh
kebahagiaan. Karena hal itu mutlak. Tak akan selamanya kita berada dibawah
karena pengalaman adalah sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi hidup kita. Dan
merupakan guru yang mujarab untuk menjadi pedoman, tumpuan dan contoh nyata.
Jika kau masih ragu, biarkan hati kecilmu
bicara karena ku yakin kan datang saatnya. Kau jadi bagian hidupku. Wahai jodohku
yang entah dimana. >w< ^w^
#23Feb2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar