Cinta itu ibarat lautan. Terkadang sangat hangat, tenang, dan
begitu indah untuk dipandang tapi terkadang lautan yang tenang dapat berubah
menjadi lautan yang berisik, ganas, menyeramkan pula. Permukaan
laut yang tenang mencerminkan diri kita yang sebenarnya. Gelombang menyapu
pantai dan kemudian menjauh. Seperti mengukur jarak antara hati kita. Aku ingin
tahu perasaanmu. Tetapi saat kau mencoba menyentuhku, aku mengusapnya. Aku
ingin terus melihat senyummu yang bersinar. Sekarang aku memiliki perasaan
istimewa. Kata-kata yang ingin kukatakan tak bisa mencapai laut di malam senja.
Aku berenang di air hangat. Seraya memintal benang untuk
waktu yang lama. Saat kau tidur dengan damai, aku mengawasimu. Aku akan menjadi
kepompong yang melindungimu dari semua perasaan. Aku sadar bahwa tak ada yang
akan berubah
Tapi hanya dengan melihatmu, pandanganku menjadi terang dan jelas. Melihat dari sisi lain, tempat yang tak bisa kujangkau, bergoyang-goyang. Itu begitu dekat, namun begitu jauh, jembatan pasir meleleh menjadi biru. Saat kau tidur dengan damai, aku bersandar di dekatmu. Menatap perlahan bentuk bulan yang bergelombang di atasnya. Suatu hari, saat kau bangun sendiri. Biarkan pandangan pertama yang kau lihat adalah.........................................................
Tapi hanya dengan melihatmu, pandanganku menjadi terang dan jelas. Melihat dari sisi lain, tempat yang tak bisa kujangkau, bergoyang-goyang. Itu begitu dekat, namun begitu jauh, jembatan pasir meleleh menjadi biru. Saat kau tidur dengan damai, aku bersandar di dekatmu. Menatap perlahan bentuk bulan yang bergelombang di atasnya. Suatu hari, saat kau bangun sendiri. Biarkan pandangan pertama yang kau lihat adalah.........................................................
Perasaan yang aku miliki untuk dirimu. Aku ingin sekali kau
mengetahuinya tapi aku begitu takut, aku tak ingin ada perubahan dalam hubungan
ini. aku takut jika kau mengetahuinya kau akan berubah tak seperti biasa. Aku
cukup dengan keadaan seperti ini, keadaan dimana aku dan dirimu bersama
walaupun kau begitu dingin bahkan tak jarang kau membiarkan diriku. Tapi aku
merasa sangat nyaman berada disekitar dirimu. Walaupun suatu saat, jika kau
menemukan seseorang yang kau cintai aku akan tetap bersama dirimu karena kau
selalu ada didalam hatiku. Yang tak akan pernah tergantikkan oleh siapapun.
Meskipun itu sangat sakit, aku bisa menahannya untuk dirimu seorang, karena
dengan melihatmu tersenyum saja itu sudah cukup bagi diriku.
Sebagai gadis yang amat teramat mencintai dirimu, sepertinya
aku rela untuk tetap diam membisu seperti ini. Diam bahkan mencoba untuk
menghilang dari hadapanmu. Meskipun bagiku itu terlalu sulit dan tak bisa
semudah saat diriku mulai menyukai dirimu. Akan aku usahakan untuk tetap
menjaga jarak antar kita. Karena kita tak akan bisa bersama. Entahlah tiba-tiba
aku terbesit bayangan akan dirimu yang sangat sulit untuk aku jangkau. Kau
begitu tinggi di atas lautan itu sementara diriku berada didasar laut yang
begitu gelap. Satu-satunya cahaya yang aku lihat dari dasar laut yang dalam ini
adalah senyuman dirimu yang entah untuk siapa kau kembangkan senyuman itu. Kau
begitu terang sampai kedasar sini. Kau seperti matahari yang dapat menembus
dalamnya lautan. Terus menyinari, membuat tubuhku merasa hangat, tapi ketika
malam tiba kau menghilang begitu saja sehingga aku begitu ketakutan, dingin dan
tak bisa melihat apapun disekitar. Aku sungguh takut. Ingin aku menangis,
berteriak meneriaki namamu. Fikirku kau akan datang untuk menyelamatku tapi
nyatanya itu hanya mimpi ku saja. Bahkan kau tak bisa hadir dalam mimpiku itu.
Kau begitu sulit bagi ku. Bagaikan rahasia alam yang aku tak tahu. Bagaikan
sebuah teka-teki alam yang tak pernah ada ujungnya dan tak pernah siapapun bisa
menyelesaikannya ataupun mengetahui hal itu.
Berulang kali aku mencoba untuk berenang dimalam hari yang
begitu gelapuntuk mencapai daratan hanya untuk bisa bertemu dengan dirimu saja
tapi entah mengapa gelombang laut yang begitu kasar selalu menghempaskan
tubuhku menuju kedasar lautan lepas kembali. Sulit sekali untutk meraih dirimu.
Aku menangis kembali malam itu karena aku tak bisa menjangkaumu. Aku meminta
berulang kali kepada Tuhan agar aku bisa mencapaimu tapi Tuhan belum
mengijinkan diriku. Buktinya aku selalu gagal dalam mencapai daratan yaitu
dirimu. Aku hanya bisa perhatikan dirimu dari kejauhan tanpa kau ketahui ada
diriku yang selalu memperhatikanmu dari jauh. Apakah kau menyadari hal itu?
Bahkan ada diriku yang selalau menanti dirimu. Menanti waktu dimana aku dapat
bertemu dengan dirimu dan dirimu dapat menganggap diriku benar-benar ada selalu
untukmu.
Sejujurnya aku merindukan seseorang yang akan menjadi
matahari dalam siang dan malamku. Dalam dinginnya malam aku selalu berdoa
kepada Tuhan agar aku bisa menemukan orang itu. Siapapun itu selain dirimu.
Tapi Tuhan berkata lain sepertinya, aku bahkan tak bisa menyukai orang lain
selain dirimu. Sungguh menyiksa hatiku. Sakit sangat sakit, bahkan sungguh
sesak jika ini dirasakan. Aku tak bisa berbuat apa-apa jika sudah seperti ini.
Aku bahkan bingung harus bagaimana diriku kedepannya. Apakah terus menerjang
gelombang lautan yang begitu ganas demi bertemu dengan matahariku ataukah aku
diam didasar lautan dalam kegelapan dan kesepian?
Rasa
takut itu terus menghantui diriku setiap saat, bahkan ketika matahari itu
bersinar terik aku merasa takut sewaktu-waktu matahari itu akan hilang dari
pandanganku. Aku tak bisa jujur. Jadi aku menangisi namamu dalam hatiku. Kenapa
aku tak mampu dapatkan apapun. Sampai aku kehilangan dirimu? Rambutku basah
mengenai air mataku. Aku menangisi harapan dalam hatiku.
Karena aku berada di
sisi jauh. Kita telah terpisah jarak terlalu lebar. “Dorongan hati” membuatku
ingin bertemu, “kenaifan” membuatku ingin menangis. Ini adalah perasaan
pertama yang membuatku seperti tidak bisa bernafas. Dan semua pikiran di
kepalaku hanya kamu. Hari-hariku penuh dengan keingintahuanku tentang
hari-harimu.
Aku akan menunggumu, iya kamu!
Buka hatimu, iya kamu!
Aku tidak bisa berbuat apa-apa juga pada
hati ini, kamu segalanya.
Aku seperti tersesat dalam sebuah labirin
yang tak berujung dan hanya dirimu lah yang mengetahui letak dimana garis
finish yang harus aku lalui, tapi kau hanya terdiam, tak perduli bahkan mungkin
kau tak menganggapku ada. Tapi nyatanya aku disini menunggu dalam kesunyian,
ketakutan akan tak bisa keluar dari jebakan ini yang membuat diriku selalu
menangis menunggu dirimu memberi tahu jalan yang mana yang harus aku ambil. Tak
jarang rasa takut dalam kegelapan selalu muncul begitu saja bahkan aku tak bisa
bernafas disuatu masa saat kau mengabaikan pangilan darurat yang aku titipkan
lewat Tuhan. Apakah kau mendengar tangisanku? Apa kau mendengar jeritan ini?
Apa kau mendengar permintaan ku? Aku sudah terlalu jauh melangkah dari garis
start, jika aku ingin kembali menuju garis start itu sama saja menjadikan
masalah baru karena aku disini pun tak tahu berada dititik mana. Apakah aku
benar-benar sudah terlalu jauh meninggalkan garis start ataukah aku hanya
berputar-putar disekitar garis finish? Itu semua aku tak mengetahuinya. Bahkan
disini sama sekali tak ada petunjuk. Begitu gelap. Tak berpenghuni. Kesunyian
ini begitu melekat. Sungguh dingin menusuk tubuhku. Tapi mengapa sampai detik
ini aku masih saja bertahan. Berharap suatu saat datang cahaya matahari yang
akan menyinari dan menghangatkan tubuhku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar