Rabu, 15 April 2015

Love is like the ocean...

Cinta itu ibarat lautan. Terkadang sangat hangat, tenang, dan begitu indah untuk dipandang tapi terkadang lautan yang tenang dapat berubah menjadi lautan yang berisik, ganas, menyeramkan pula. Permukaan laut yang tenang mencerminkan diri kita yang sebenarnya. Gelombang menyapu pantai dan kemudian menjauh. Seperti mengukur jarak antara hati kita. Aku ingin tahu perasaanmu. Tetapi saat kau mencoba menyentuhku, aku mengusapnya. Aku ingin terus melihat senyummu yang bersinar. Sekarang aku memiliki perasaan istimewa. Kata-kata yang ingin kukatakan tak bisa mencapai laut di malam senja.
Aku berenang di air hangat. Seraya memintal benang untuk waktu yang lama. Saat kau tidur dengan damai, aku mengawasimu. Aku akan menjadi kepompong yang melindungimu dari semua perasaan. Aku sadar bahwa tak ada yang akan berubah
Tapi hanya dengan melihatmu, pandanganku menjadi terang dan jelas. Melihat dari sisi lain, tempat yang tak bisa kujangkau, bergoyang-goyang. Itu begitu dekat, namun begitu jauh, jembatan pasir meleleh menjadi biru. Saat kau tidur dengan damai, aku bersandar di dekatmu. Menatap perlahan bentuk bulan yang bergelombang di atasnya. Suatu hari, saat kau bangun sendiri. Biarkan pandangan pertama yang kau lihat adalah.........................................................
Perasaan yang aku miliki untuk dirimu. Aku ingin sekali kau mengetahuinya tapi aku begitu takut, aku tak ingin ada perubahan dalam hubungan ini. aku takut jika kau mengetahuinya kau akan berubah tak seperti biasa. Aku cukup dengan keadaan seperti ini, keadaan dimana aku dan dirimu bersama walaupun kau begitu dingin bahkan tak jarang kau membiarkan diriku. Tapi aku merasa sangat nyaman berada disekitar dirimu. Walaupun suatu saat, jika kau menemukan seseorang yang kau cintai aku akan tetap bersama dirimu karena kau selalu ada didalam hatiku. Yang tak akan pernah tergantikkan oleh siapapun. Meskipun itu sangat sakit, aku bisa menahannya untuk dirimu seorang, karena dengan melihatmu tersenyum saja itu sudah cukup bagi diriku.
Sebagai gadis yang amat teramat mencintai dirimu, sepertinya aku rela untuk tetap diam membisu seperti ini. Diam bahkan mencoba untuk menghilang dari hadapanmu. Meskipun bagiku itu terlalu sulit dan tak bisa semudah saat diriku mulai menyukai dirimu. Akan aku usahakan untuk tetap menjaga jarak antar kita. Karena kita tak akan bisa bersama. Entahlah tiba-tiba aku terbesit bayangan akan dirimu yang sangat sulit untuk aku jangkau. Kau begitu tinggi di atas lautan itu sementara diriku berada didasar laut yang begitu gelap. Satu-satunya cahaya yang aku lihat dari dasar laut yang dalam ini adalah senyuman dirimu yang entah untuk siapa kau kembangkan senyuman itu. Kau begitu terang sampai kedasar sini. Kau seperti matahari yang dapat menembus dalamnya lautan. Terus menyinari, membuat tubuhku merasa hangat, tapi ketika malam tiba kau menghilang begitu saja sehingga aku begitu ketakutan, dingin dan tak bisa melihat apapun disekitar. Aku sungguh takut. Ingin aku menangis, berteriak meneriaki namamu. Fikirku kau akan datang untuk menyelamatku tapi nyatanya itu hanya mimpi ku saja. Bahkan kau tak bisa hadir dalam mimpiku itu. Kau begitu sulit bagi ku. Bagaikan rahasia alam yang aku tak tahu. Bagaikan sebuah teka-teki alam yang tak pernah ada ujungnya dan tak pernah siapapun bisa menyelesaikannya ataupun mengetahui hal itu.
Berulang kali aku mencoba untuk berenang dimalam hari yang begitu gelapuntuk mencapai daratan hanya untuk bisa bertemu dengan dirimu saja tapi entah mengapa gelombang laut yang begitu kasar selalu menghempaskan tubuhku menuju kedasar lautan lepas kembali. Sulit sekali untutk meraih dirimu. Aku menangis kembali malam itu karena aku tak bisa menjangkaumu. Aku meminta berulang kali kepada Tuhan agar aku bisa mencapaimu tapi Tuhan belum mengijinkan diriku. Buktinya aku selalu gagal dalam mencapai daratan yaitu dirimu. Aku hanya bisa perhatikan dirimu dari kejauhan tanpa kau ketahui ada diriku yang selalu memperhatikanmu dari jauh. Apakah kau menyadari hal itu? Bahkan ada diriku yang selalau menanti dirimu. Menanti waktu dimana aku dapat bertemu dengan dirimu dan dirimu dapat menganggap diriku benar-benar ada selalu untukmu.
Sejujurnya aku merindukan seseorang yang akan menjadi matahari dalam siang dan malamku. Dalam dinginnya malam aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku bisa menemukan orang itu. Siapapun itu selain dirimu. Tapi Tuhan berkata lain sepertinya, aku bahkan tak bisa menyukai orang lain selain dirimu. Sungguh menyiksa hatiku. Sakit sangat sakit, bahkan sungguh sesak jika ini dirasakan. Aku tak bisa berbuat apa-apa jika sudah seperti ini. Aku bahkan bingung harus bagaimana diriku kedepannya. Apakah terus menerjang gelombang lautan yang begitu ganas demi bertemu dengan matahariku ataukah aku diam didasar lautan dalam kegelapan dan kesepian?
Rasa takut itu terus menghantui diriku setiap saat, bahkan ketika matahari itu bersinar terik aku merasa takut sewaktu-waktu matahari itu akan hilang dari pandanganku. Aku tak bisa jujur. Jadi aku menangisi namamu dalam hatiku. Kenapa aku tak mampu dapatkan apapun. Sampai aku kehilangan dirimu? Rambutku basah mengenai air mataku. Aku menangisi harapan dalam hatiku. Karena aku berada di sisi jauh. Kita telah terpisah jarak terlalu lebar. “Dorongan hati” membuatku ingin bertemu, “kenaifan” membuatku ingin menangis. Ini adalah perasaan pertama yang membuatku seperti tidak bisa bernafas. Dan semua pikiran di kepalaku hanya kamu. Hari-hariku penuh dengan keingintahuanku tentang hari-harimu.
Aku akan menunggumu, iya kamu!
Buka hatimu, iya kamu!
Aku tidak bisa berbuat apa-apa juga pada hati ini, kamu segalanya.
Aku seperti tersesat dalam sebuah labirin yang tak berujung dan hanya dirimu lah yang mengetahui letak dimana garis finish yang harus aku lalui, tapi kau hanya terdiam, tak perduli bahkan mungkin kau tak menganggapku ada. Tapi nyatanya aku disini menunggu dalam kesunyian, ketakutan akan tak bisa keluar dari jebakan ini yang membuat diriku selalu menangis menunggu dirimu memberi tahu jalan yang mana yang harus aku ambil. Tak jarang rasa takut dalam kegelapan selalu muncul begitu saja bahkan aku tak bisa bernafas disuatu masa saat kau mengabaikan pangilan darurat yang aku titipkan lewat Tuhan. Apakah kau mendengar tangisanku? Apa kau mendengar jeritan ini? Apa kau mendengar permintaan ku? Aku sudah terlalu jauh melangkah dari garis start, jika aku ingin kembali menuju garis start itu sama saja menjadikan masalah baru karena aku disini pun tak tahu berada dititik mana. Apakah aku benar-benar sudah terlalu jauh meninggalkan garis start ataukah aku hanya berputar-putar disekitar garis finish? Itu semua aku tak mengetahuinya. Bahkan disini sama sekali tak ada petunjuk. Begitu gelap. Tak berpenghuni. Kesunyian ini begitu melekat. Sungguh dingin menusuk tubuhku. Tapi mengapa sampai detik ini aku masih saja bertahan. Berharap suatu saat datang cahaya matahari yang akan menyinari dan menghangatkan tubuhku.

 #cLara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar