Sabtu, 14 Februari 2015

Pelajaran...

Saat aku memikirkan hal itu, aku seperti menyerahkan diri sendiri kepada malaikat pencabut nyawa. Tepatnya seperti diriku melayang dengan sendiri menuju pintu kematian. Aku sadar, aku memang berbeda dengan mereka, mereka yang mampu dalam segi hal materi didunia. Aku baru menyadari hal itu ketika aku sudah tidak bersama mereka, untung saja Tuhan cepat menjauhkan diriku dengan mereka, karena aku yakin jika aku masih bersama mereka aku akan bertindak semauku dan bertindak “aku tak mau tahu” yang penting diriku bahagia, tak perduli orang tua ku bagaimana ke adaannya yang penting aku bisa memiliki apa yang aku inginkan.Tuhan memang baik kepada diriku, DIA masih sayang maka dari itu aku telah disadarkan dengan berpisahnya dengan mereka. Karena level diriku dengan mereka itu merupakan tebing penghalang terbesar didepan mataku yang aku tak mungkin bisa melompatinya dengan mudah. Terkadang aku ingin sekali menangis meratapi apa yang sedang aku lakukan saat ini, tapi jika aku berfikir dengan jernih untuk apa aku seperti itu, dengan hidupnya aku didunia ini itu sudah cukup karena Tuhan telah mempercayai diriku untuk diberi kesempatan hidup. Aku sadar tidak baik memang jika kita terlalu melihat hal yang begitu sulit untuk kita raih, itu sama saja akan membawa dirimu ketepi jurang yang jika kau tidak siap maka kau akan dengan sendirinya terjun bebas kejurang yang entah dimana dasarnya itu. Kadang aku mendengar pernyataan ini “Bermimpilah setinggi mungkin, karena jika kau terjatuh, kau akan jatuh dibawah hamparan bintang yang bertaburan” menurutku itu adalah hal tergila, terkonyol dan tidak sesuai dengan kemampuanku, menurutku seperti itu, karena ketika aku jatuh itu sangat sakit dan aku kini berada jauh dari cahaya matahari, begitu sunyi, senyap, gelap gulita tanpa udara serasa seluruh tubuhku remuk dan tercekik, tersayat-sayat dan tak sanggup untuk bangkit meraih dunia. Begitu kejam pernyataan itu bukan. Tapi pernyataan ini “Ikutilah sesuai air yang mengalir” membuat diriku sedikit demi sedikit bangkit, aku mulai hidup baruku kini dengan hidup untuk hari ini saja, mengikuti alur yang terjadi hari ini tanpa memikirkan hari yang sudah lalu karena hari itu jika disesali tak akan kembali terulang karena didunia ini tak ada yang namanya mesin waktu yang dimiliki Doraemon. Dan aku tak terlalu memikirkan hari esok, karena hari esok merupakan rahasia Tuhan yang umatNYA tak akan mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka nikmatilah hari ini yang dimana Tuhan telah memberi kesempatan untuk beribadah bahkan melakukan hal yang kau inginkan hari ini, memperbaiki hubungan dengan Tuhan itu merupakan hal yang terbaik yang bisa aku lakukan saat ini, agar kehidupanku bisa lebih realistis untuk hari ini saja. Memang kita harus memikirkan hari esok bahkan masa depan kita tapi itu hanya dilihat dari segi aspek tertentu saja.

Maka dari itu aku mulai berfikir lebih realistis kali ini, dengan mencoba untuk lebih bersabar tanpa melawan omongan yang kurang baik yang dilontarkan dari lawanku yang bersikap kasar, karena aku sudah belajar dari situ jika kita berbicara dengan sopan kepada lawan yang kasar maka kita akan menang bagaimanapun caranya, aku yakin semakin kasar ucapan mereka yang dilontarkan kepada kita maka dia sendiri akan semakin malu terhadap kita yang bersikap sopan, aku yakin itu! Karena aku dulu sempat melawan kasar dengan kasar, mungkin aku terlalu labil sehingga aku begitu kasar dan lepas kendali dan akhirnya aku menyesal dan malu telah melontarkan perkataan biadab itu, hingga saat ini aku masih malu terhadap diriku yang kotor ini dan selalu emosional. Dari situ aku belajar sedikit demi sedikit untuk memberikan sebuah rambu-rambu dalam diriku jika aku mulai emosi. Dengan cara mengingat Tuhan, menyebut nama Tuhan dengan berdzikir itu akan membantu diriku menjadi lebih nyaman dan berfikir ulang untuk menahan lontaran kata busuk itu. Meskipun hati ini memang begitu kesal dan niat ingin sekali membalas lontaran busuk lawanku itu tapi berkat rambu-rambu itu aku bisa menahannya merupakan kesenangan tersendiri emang jika kau bisa menahan hawa nafsu duniawi diri sendiri. Memang sulit tapi cobalah perlahan aku yakin itu akan semudah membalikkan telapak tangan tak sulit kok. Ingat! Lawan terjahatmu itulah dirimu sendiri dan orang yang dapat menolongmu adalah dirimu sendiri. Jadi mulailah kau mengendalikan dirimu sendiri agar kehidupanmu lebih tentram dan damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar